Sabtu, 05 Februari 2011

The Edge; Kekuatan pada Titik Nol (bagian 1)


Apa yang akan dilakukan setiap individu ketika berada di tepian jurang? 

Sebelum menjawab pertanyaan di atas, mari kembali pada setting Perang Dunia I dan II tahun 1939-1945. Dalam mengamati Perang, pendekatan hubungan internasional  menggunakan teori realisme untuk menganalisisnya. Teori Realisme mengajukan gagasan Security Dilemma antar negara. Security pada konteks perang mengacu pada keamanan dan pertahanan negara terhadap negara lain. Sedangkan dilemma yang dimaksudkan terkait dengan kekuatan negara sebagai aktor hubungan internasional. Kekuatan atau power yang dimaksud adalah kekuatan militer dan angkatan bersenjatanya. Sehingga jika power suatu negara mengalahkan negara lain, negara itu berada pada posisi secure. Lain halnya jika power negara itu lemah, maka ia berada pada posisi insecure.
Asumsi realisme akan menjawab pertanyaan di atas jika tingkat analisisnya diturunkan dari level negara ke individu. Individu yang memiliki power akan berada pada wilayah yang secure atau aman. Sedangkan jika tidak memiliki power, ia akan berada dalam posisi insecure. Posisi insecure tersebut sama analoginya dengan seorang individu yang berada pada posisi the edge. Tulisan ini akan difokuskan pada posisi the edge tersebut. Ada beberapa argumentasi kenapa posisi the edge atau insecure menarik untuk dibahas.
Pertama, posisi insecure adalah posisi yang tidak ideal. Pada posisi itu, tingkat individu maupun negara akan selalu merasa terancam oleh power pihak lain. Hal itu dikarenakan posisi insecure menunjukkan gambaran individu yang lemah karena tidak memiliki power. Singkatnya insecure mengindikasikan pada pribadi yang inferior.
Kedua, ketika individu memiliki pribadi yang inferior, ia akan dijadikan objek bagi individu lain. Dalam hal ini, interaksi antar individu sebagai subjek, seharusnya bersifat intersubjektif. Tapi dalam posisi inferior, sifat intersubjektif digantikan dengan hubungan subjek yang superior, yang mengobjektivitikasi objek yang inferior.
Ketiga, mayoritas filosof maupun individu hampir selalu membahas tentang sesuatu yang ideal. Tentang bagaimana 'ada' posisi yang secure. Posisi secure tersebut mengandung power, superioritas, dan kuasa subjek. Sehingga, secure menjadi hal yang ideal untuk selalu dibahas dan dicapai. Sementara itu, posisi insecure adalah keadaan individu yang berada pada posisi the edge. Posisi the edge menggambarkan individu yang berada pada titik terendah dalam hidup. Kembali ke titik nol. 0. Kosong.
Dari ketiga argumen di atas, akan timbul beberapa pertanyaan. Kenapa kondisi yang tidak ideal dengan unsur inferioritas, objek, dan kosong menjadi menarik? Apa yang akan dilakukan setiap individu ketika berada pada posisi the edge? Kita kembali pada pertanyaan awal. 
(gambar : google)

Tidak ada komentar: