Selasa, 15 Februari 2011

The Edge; Eksistensi Superioritas Objek (bagian 2)

              
             John Rawls membahas tentang teori keadilan, sedangkan Kant membahas perdamaian. Masih banyak lagi filosof yang memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang ideal. Hal yang ingin dicapai semua orang. Keadilan, perdamaian, dan kebahagiaan menjadi topik sentral dan puncak tertinggi keinginan individu. Tapi bukankah untuk mencapai utopia tertinggi itu harus ditelaah penyebab yang menafikkannya? Budi Hardiman dalam buku 'Memahami Negativitas' mencoba untuk mengupasnya.

          Tapi, pada kali ini, tulisan tidak akan menelaah apa yang menjadi pisau analisis Budi Hardiman. Walaupun objek kajiannya sama, tentang negativitas, penulis akan mencoba untuk secara mandiri membangun kerangka pikirannya dari asumsi yang dibangun pada tulisan sebelumnya. The Edge; Kekuatan pada Titik Nol (bagian 1) sebenarnya belum menjawab pertanyaan yang diajukan pada awal tulisan. Tapi, penulis ingin memberikan dasar bahwa posisi the edge menjadi topik yang layak untuk dibahas.

          Posisi the edge tak jauh berbeda dengan posisi insecure. Lalu apakah yang membedakan kedua hal tersebut? Apakah dalam posisi the edge seorang individu juga sekaligus berada dalam posisi insecure? Atau apakah setiap individu yang berada pada posisi insecure menandakan dirinya berada pada posisi the edge?

Sebelum lebih jauh mengupas hal tersebut, telah dipertanyakan kenapa inferioritas, objek, dan kosong menjadi menarik dibahas? Berikut ini beberapa argumentasinya. Inferioritas menunjukkan individu yang bersangkutan dalam keadaan lemah. Dalam hal itu, individu hanya memiliki dua pilihan. Pertama, individu tersebut mati karena superioritas subjek lain. Subjek yang mengobjektivikasi objek akan melakukan tindakan yang sesuai dengan kuasa dan kepentingannya. Objek yang menerima kelemahannya akan patuh pada sistem buatan subjek. Jika objek tersebut tidak dapat melakukan perlawanan, bisa dikatakan kemungkinan besar dirinya akan mati dengan mudah. Kedua, individu tersebut tidak mati, tapi masuk ke dalam sistem buatan subjek dan mampu bertahan tanpa perlawanan. Kemampuan bertahan dengan status sebagai objek memang mematikan diri objek tersebut. Sehingga, subjek yang dijadikan objek, tidak bisa mengembangkan dirinya sebagai subjek yang sebenarnya. Kemampuan dasarnya sebagai subjek dimatikan. Dibunuh.
                Namun, ada sisi lain yang menarik dari bagaimana menjadi objek. Individu yang telah masuk ke dalam sistem yang dibuat subjek akan dapat memahami bagaimana kinerja sistem itu. Ketika metode kerja sistem tersebut dapat dipahami, secara langsung pula objek dari sistem tersebut akan memahami kelebihan dan kekurangan darinya. Sehingga, individu yang telah menjadi objek secara otomatis juga menjadi subjek dari sistem yang telah dibuat oleh subjek pertama. Atau sistem buatan subjek pertama, telah menjadi objek bagi subjek yang kedua.
Contohnya, dalam sistem antarnegara, kolonial adalah subjek pertama, rakyat adalah subjek kedua. Kolonialisme menunjukkan semangat superioritas subjek pertama terhadap subjek kedua. Sehingga, dibuatlah sistem yang mengobjektivikasi subjek kedua. Rakyat harus patuh pada segala aturan sistem kolonial. Ketika aturan tersebut dibentuk, subjek kedua harus menjalankan. Namun sebelum dijalankan, aturan tersebut harus dipahami. Sehingga, sistem yang dibuat subjek pertama, secara otomatis menjadi objek bagi subjek kedua. Sistem tersebut dijalankan karena inferioritas subjek kedua. Dengan pemahaman subjek kedua terhadap sistem tersebut, dapat ditemukan kelebihan dan kekurangan dari kolonial dalam menjadikan rakyat sebagai objek. Dengan sendirinya, subjek kedua akan mulai mencari celah, dan berpeluang untuk menempatkan dirinya kembali sebagai subjek. Interaksi intersubjektif. Sehingga hubungan yang ada bukan lagi subjek objek. Tapi subjek yang berhadapan dengan subjek. Objek itu telah kembali hidup.
Poin kedua, menjadi objek. Apakah semua objek inferior? Tidak! Posisi subjek dan objek dapat selalu saling ditukar. Ketika subjek mengobjektivikasi objek, hal itu tidak selalu berarti objek inferior. Melainkan menunjukkan superioritas objek. Letak superioritas terletak dari subjek yang membutuhkan objek setelah kata kerja. Misalnya, Ayah memetik jambu. Kata-kata ayah memetik, akan rancu jika tidak ada objek jambu. Hampir semua predikat membutuhkan objek. Ketika subjek membutuhkan objek, itu jelas menunjukkan adanya eksistensi objek yang sebenarnya. Objek tetaplah objek. Tapi objek itu tidak lalu dikatakan inferior karena posisinya sebagai objek. Dengan kata lain, eksistensi objek diperhitungkan.
Jika mengacu pada contoh kolonialisme, rakyat yang dijajah tidak serta merta dengan mudah dimatikan. Tapi colonial perlu terlebih dahulu mempelajari ilmu geografi, geopolitik, atauapun antropologi untuk dapat menaklukkan objek. Kolonialisme juga terjadi bukan semata karena objek tersebut lemah, tapi justru karena memiliki sesuatu yang tidak dimiliki subjek.
Poin ketiga, kosong. Sebenarnya kosong hanya simbol dari posisi the edge. Kenapa disimbolkan dengan kosong? Kosong menunjukkan adanya nihilisme. Tidak ada apa-apa. Tapi apakah benar kosong berarti tidak ada apa-apa? Ruangan kosong, akankah benar-benar kosong? Kosong. 0. Nol. Menunjukkan jumlah angka bilangan. Kosong tidak berbilangan. Tidak positif maupun negatif. Bisa dikatakan angka nol tidak memihak. Netral. Selalu berdiri dengan dirinya yang tidak ke kiri atau ke kanan. Karena itu dia kosong. Tidak berarti apa-apa. Tapi bukankah tidak berarti apa-apa juga adalah sebuah eksistensi? Kosong. Nol. Menunjukkan dirinyalah eksistensi yang tidak memiliki kemiripan dengan eksistensi lainnya. Positif 2 dan negatif 2 memang berbeda, tapi bukankah juga memiliki kesamaan? Angka 2 itu. Sedangkan nol, hanya ada nol. Itulah eksistensi nol. Eksistensi yang apa adanya. Lalu kenapa the edge diidentikkan dengan nol? Kosong? Karena objek dan inferioritas juga berarti tidak ada apa-apa. Dan semua subjek tidak ingin eksistensinya tidak diakui. Subjek selalu ingin bereksistensi dengan caranya masing-masing.
gambar : google

Tidak ada komentar: